E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 4, 2016: 2484-2510 ISSN : 2302-8912
2484
PENGARUH SUKU BUNGA SBI, INFLASI, DAN
FUNDAMENTAL PERUSAHAAN TERHADAP HARGA
SAHAM INDEKS LQ-45 DI BEI
Ayu Dek Ira Roshita Dewi 1
Luh Gede Sri Artini2
1,2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
e-mail: roshitadewi5@gmail.com / telp: +6285 738 455 596
ABSTRAK
Harga saham merupakan cerminan dari nilai perusahaan. Fluktuasi harga saham
bukan hanya dapat dipengaruhi oleh kondisi internal perusahaan tetapi juga
dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi dan industri suatu perusahaan. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui signifikansi pengaruh suku bunga SBI dan
inflasi, serta fundamental perusahaan (earning per share, return on equity, dan debt
to equity ratio) terhadap harga saham pada perusahaan Indeks LQ-45 di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2011-2014. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 23
perusahaan yang diambil dengan menggunakan metode purposive sampling.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil analisis
data menunjukkan bahwa earning per share (EPS) dan return on equity (ROE)
secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham, sedangkan
variabel suku bunga SBI, inflasi, dan debt to equity ratio (DER) secara parsial
berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan indeks LQ-45
di BEI periode 2011-2014.
Kata Kunci: Suku Bunga SBI, Inflasi, earning per share (EPS), return on equity
(ROE), debt to equity ratio (DER), Harga Saham
ABSTRACT
The stock price is a reflection of the value of the company. Stock price fluctuations
can not only be influenced by the company's internal conditions but also influenced
by macroeconomic conditions and industry of a company. This study aims to
determine the significance effect of SBI and inflation, and the company's
fundamentals (earnings per share, return on equity and debt to equity ratio) to the
stock price on the index LQ-45company in the Indonesia Stock Exchange (BEI)
during the period 2011 -2014. The sample used 23 companies were taken by
purposive sampling method. The analysis technique used is multiple linear
regression analysis. The results of this study indicate that earnings per share (EPS)
and return on equity (ROE) partially has positive significant effect on stock prices ,
while the variable SBI interest rate, inflation, and debt to equity ratio (DER)
partially has not significant effect on the price shares in LQ-45 index in BEI period
of 2011-2014.
Keywords: SBI rate, inflation, earnings per share (EPS), return on equity (ROE), debt
to equity ratio (DER), Stock Prices
Ayu Dek Ira Roshita Dewi, Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi …..
2485
PENDAHULUAN
Pasar modal Indonesia saat ini telah berkembang pesat serta berperan
penting dalam memobilisasi dana investor yang akan berinvestasi. Investasi
saham adalah salah satu bentuk investasi yang paling diminati di pasar modal
karena investasi saham dapat memberikan dua macam keuntungan bagi investor
yaitu berupa capital gain dan dividen. Adanya informasi yang terpercaya dan
relevan mengenai dinamika stock price di pasar modal sangat diperlukan bagi
investor untuk dapat memperoleh keuntungan yang maksimum atas investasi
saham yang dilakukan (Putra, 2014). Informasi ini nantinya akan digunakan
dalam penilaian investasi saham guna menentukan keputusan investasi yang tepat.
Menurut Nurmalasari (2009) harga saham menunjukkan nilai perusahaan.
Semakin tinggi harga saham bisa diartikan bahwa semakin tinggi pula nilai
perusahan tersebut, begitu pula sebaliknya. Menurut Anoraga et al (2009:59),
harga saham juga merupakan harga pasar atau market price, yaitu harga saham
pada pasar riil serta yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari
suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Apabila pasar sudah ditutup,
maka harga pasar adalah harga penutupan atau disebut closing price. Harga saham
terus berfluktuasi tergantung dari prospek perusahaan di masa yang akan datang
serta jumlah permintaan dan penawaran atas saham tersebut.
Setiap sekuritas memiliki intensitas transaksi yang berbeda-beda di pasar
modal. Sebagian sekuritas aktif diperdagangkan, namun sebagian sekuritas
lainnya cenderung bersifat pasif (Tandelilin, 2010:87). Intensitas transaksi saham
ini akan berdampak pada nilai Indeks Harga Saham yang merupakan cerminan
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 4, 2016: 2484-2510
2486
dari pergerakan harga saham dan nantinya akan mempengaruhi kinerja bursa
secara keseluruhan. Salah satu jenis indeks harga saham di BEI yang sangat aktif
diperdagangkan adalah Indeks LQ-45 yang terdiri dari 45 saham unggulan dengan
tingkat likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar serta telah lolos uji
menurut beberapa kriteria pengujian (Tandelilin, 2010:87).
Penilaian investasi saham dapat dibagi menjadi dua macam analisis yaitu
analisis teknikal dan fundamental. Analisis teknikal menitikberatkan pada
bagaimana memprediksi arah pergerakan harga saham serta indikator pasar saham
lainnya melalui studi grafik historis (Tandelilin, 2010:392). Sedangkan analisis
fundamental menurut Darmadji (2012:189) merupakan salah satu cara penilaian
saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator tidak hanya dari
data-data perusahaan tetapi juga terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi
industri suatu perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode analisis
fundamental dengan pendekatan top-down. Pendekatan ini dilakukan melalui tiga
tahapan yaitu dengan mengidentifikasi pengaruh faktor makro ekonomi, industri,
dan fundamental perusahaan (Tandelilin, 2010:339). Penelitian ini menggunakan
dua tahap pendekatan top-down yaitu factor makro ekonomi dan fundamental
perusahaan. Faktor makro ekonomi dicerminkan melalui suku bunga SBI dan
inflasi dan faktor fundamental perusahaan dicerminkan melalui earning per share
(EPS), return on equity (ROE), dan debt to equity ratio (DER).
Suku bunga SBI adalah instrumen suku bunga yang dikeluarkan oleh BI
untuk mengontrol peredaran uang di masyarakat (Rismawati, 2010). Suku bunga
SBI adalah bentuk cerminan kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank
Ayu Dek Ira Roshita Dewi, Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi …..
2487
Indonesia pada tingkat suku bunga serta diumumkan kepada publik (Bank
Indonesia, 2013). Perubahan tingkat suku bunga SBI dapat memicu pergerakan di
pasar saham karena kenaikan suku bunga SBI akan mendorong investor untuk
menginvestasikan dana mereka di sektor perbankan, bukan pada saham yang
memiliki risiko yang lebih besar (Purnamawati, 2015). Menurut Amin (2013)
perubahan yang terjadi pada suku bunga SBI akan mempengaruhi tingkat suku
suku bunga kredit dan tingkat suku bunga deposito di masyarakat sehingga
investor akan menarik investasinya pada saham dan mengalihkannya dalam
bentuk tabungan dan deposito. Harga saham di pasar akan turun karena
berkurangnya permintaan akan saham tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh
Alam (2009) menyatakan bahwa tingkat suku bunga SBI memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap harga saham. Hasil yang berbeda diperoleh oleh
Liauw (2012), Nugraha (2014) dan Aurora (2013) yang menyatakan bahwa suku
bunga SBI berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Beberapa
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amperaningrum et al (2011) dan
Kewal (2012) menemukan hasil bahwa suku bunga SBI berpengaruh tidak
signifikan terhadap harga saham.
Harga saham juga dapat dipengaruhi oleh inflasi. Menurut Tandelilin
(2010:342), inflasi adalah kecenderungan terjadi peningkatan pada harga produk
secara menyeluruh sehingga menyebabkan terjadinya penurunan daya beli uang.
Tingkat inflasi yang tinggi akan menyebabkan biaya produksi yang harus
ditanggung perusahaan juga ikut naik dan daya beli masyarakat akan turun dan hal
ini juga akan mempengaruhi pasar modal secara tidak langsung. Ketertarikan
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 4, 2016: 2484-2510
2488
investor untuk berinvestasi saham akan menurun sehingga permintaan saham
berkurang dan kemudian akan menyebabkan harga saham ikut menurun.
Penelitian yang dilakukan oleh Yogaswari (2012) dan Nugraha (2014)
menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham.
Hasil yang berbeda didapatkan oleh Mousa (2012) serta Safitri dan Kumar (2014)
yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap harga saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Aurora dan Riyadi (2013) serta Nugroho (2008)
menyatakan bahwa inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham.
Menurut Wang, et al. (2013), rasio keuangan yang sering digunakan dalam
mengukur harga saham adalah Earning Per Share (EPS) dan Return On Equity
(ROE). EPS adalah bentuk pemberian keuntungan kepada pemegang saham atas
setiap lembar saham yang dimilikinya dan dapat dihitung dengan membagi antara
laba per lembar saham dengan jumlah saham yang beredar (Fahmi, 2012:97).
Semakin tinggi nilai EPS perusahaan maka akan meningkatkan harga saham
perusahaan bersangkutan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hatta
(2012), Ratih (2013) dan Sari (2014) menemukan bahwa EPS berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham, namun hasil berbeda ditemukan oleh Menike
(2014) dan Haque (2013) bahwa EPS berpengaruh negatif terhadap harga saham.
Rasio Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan bagi para pemegang saham
atas modal yang telah diinvestasikan (Mardiyanto, 2009:196). Menurut Hutami
(2012), nilai ROE akan meningkat dengan adanya peningkatan laba bersih
sehingga investor tertarik untuk membeli saham tersebut dan harga saham Ayu Dek Ira Roshita Dewi, Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi …..
2489
perusahaan tersebut akan mengalami kenaikan. Penelitian yang dilakukan oleh
Mustafa (2014) dan Astutik (2014) menemukan bahwa ROE berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham. Wang, et al (2013) menemukan bahwa ROE
merupakan variabel dengan pengaruh paling signifikan dan berpengaruh langsung
terhadap harga saham, namun hasil yang berbeda ditemukan oleh Octavia (2010)
yang menemukan bahwa ROE tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Menurut Husnan (2009:70) DER merupakan salah satu rasio keuangan yang
mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang dengan
modal yang dimiliki. Semakin tinggi nilai DER menunjukkan bahwa semakin
besar proporsi utang perusahaan, yang akan mendorong risiko yang lebih tinggi
dalam investasi sehingga berinvestasi pada perusahaan tersebut akan dihindari
oleh investor (Hatta dan Dwiyanto, 2012). Penelitian oleh Pradipta (2012)
menemukan hasil bahwa DER berpengaruh positif signifikan terhadap harga
saham. Berbeda dengan Hatta (2012) dan Widaningsih (2013) yang menemukan
bahwa DER berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Hasil berbeda
juga didapatkan oleh Safitri (2013), Astutik et al. (2014) yang menyatakan bahwa
DER berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham.
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1) Apakah suku bunga SBI berpengaruh signifikan
terhadap harga saham? 2) Apakah inflasi berpengaruh signifikan terhadap harga
saham? 3) Apakah Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap
harga saham? 4) Apakah Return on Equity (ROE) berpengaruh signifikan
Ayu Dek Ira Roshita Dewi, Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi …..
2489
perusahaan tersebut akan mengalami kenaikan. Penelitian yang dilakukan oleh
Mustafa (2014) dan Astutik (2014) menemukan bahwa ROE berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham. Wang, et al (2013) menemukan bahwa ROE
merupakan variabel dengan pengaruh paling signifikan dan berpengaruh langsung
terhadap harga saham, namun hasil yang berbeda ditemukan oleh Octavia (2010)
yang menemukan bahwa ROE tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Menurut Husnan (2009:70) DER merupakan salah satu rasio keuangan yang
mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang dengan
modal yang dimiliki. Semakin tinggi nilai DER menunjukkan bahwa semakin
besar proporsi utang perusahaan, yang akan mendorong risiko yang lebih tinggi
dalam investasi sehingga berinvestasi pada perusahaan tersebut akan dihindari
oleh investor (Hatta dan Dwiyanto, 2012). Penelitian oleh Pradipta (2012)
menemukan hasil bahwa DER berpengaruh positif signifikan terhadap harga
saham. Berbeda dengan Hatta (2012) dan Widaningsih (2013) yang menemukan
bahwa DER berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Hasil berbeda
juga didapatkan oleh Safitri (2013), Astutik et al. (2014) yang menyatakan bahwa
DER berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham.
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1) Apakah suku bunga SBI berpengaruh signifikan
terhadap harga saham? 2) Apakah inflasi berpengaruh signifikan terhadap harga
saham? 3) Apakah Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap
harga saham? 4) Apakah Return on Equity (ROE) berpengaruh signifikan
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 4, 2016: 2484-2510
2490
terhadap harga saham? 5) Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
signifikan terhadap harga saham?
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi pengaruh
parsial antara variabel suku bunga SBI, inflasi, EPS, ROE, dan DER terhadap
harga saham.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis, yaitu diharapkan dapat memberikan kontribusi empiris kepada
manajemen keuangan khususnya mengenai pengaruh suku bunga SBI dan tingkat
inflasi, serta fundamental perusahaan (EPS, ROE, dan DER), terhadap harga
saham serta manfaat secara praktis yaitu diharapkan dapat memberikan informasi
kepada investor dalam pengambilan keputusan, khususnya mengenai pengaruh
suku bunga SBI dan tingkat inflasi, serta fundamental perusahaan (EPS, ROE, dan
DER), terhadap harga saham pada perusahaan indeks LQ-45 periode 2011-2014.
Peningkatan suku bunga SBI diikuti dengan peningkatan suku bunga
simpanan akan menyebabkan investor cenderung mengalihkan dananya dalam
bentuk simpanan deposito dengan estimasi tingkat pendapatan/return yang
diperoleh lebih tinggi dan tingkat risiko lebih rendah daripada jika berinvestasi
pada saham (Tandelilin, 2010:343). Tingkat penawaran saham akan meningkat
karena banyak investor yang menjual sahamnya sedangkan tingkat permintaan
saham tetap sehingga harga saham akan turun atau berpengaruh secara negatif.
Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian dari Permana (2009), Kewal (2012),
Yogaswari (2012) dan Aurora (2013) menyatakan bahwa tingkat bunga SBI
Ayu Dek Ira Roshita Dewi, Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi …..
2491
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan uraian
tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Suku Bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Harga Saham.
Tingkat inflasi yang tinggi biasanya akan dikaitkan dengan kondisi
ekonomi yang overheated atau dapat diartikan kecenderungan kenaikan harga
barang akibat terlalu tingginya tingkat permintaan atas produk hingga melebihi
kapasitas penawaran produknya (Tandelilin, 2012:343). Kenaikan harga
kebutuhan pokok dan bahan baku produksi menyebabkan biaya produksi
perusahaan juga akan ikut naik karena. Hal ini juga akan mempengaruhi pasar
modal dimana permintaan saham akan menurun karena penurunan daya beli
investor. Dampaknya adalah jumlah saham yang ditawarkan akan lebih banyak
daripada jumlah permintaan saham sehingga harga saham akan mengalami
penurunan. Hasil penelitian dari Aurora (2013), Yogaswari (2012) dan Sihaloho
(2013) menemukan bahwa inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga
saham. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H2: Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Harga Saham.
Menurut Darmadji (2012:97), rasio EPS menunjukkan besarnya
keuntungan yang dapat diperoleh pemegang saham per lembar saham yang
dimiliki. Semakin tinggi nilai EPS merupakan kabar baik bagi pemegang saham
karena semakin besar laba yang akan diperoleh pemegang saham. Rasio EPS
sering digunakan oleh manajemen untuk dapat menarik minat calon investor
untuk berinvestasi pada saham perusahaan bersangkutan. Nilai EPS yang terusE-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 4, 2016: 2484-2510
2492
meningkat akan menarik minat investor untuk berinvestasi saham pada
perusahaan tersebut sehingga harga saham juga akan meningkat karena tingginya
permintaan. Pernyataan tersebut didukung oleh beberapa penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Pasaribu (2008), Amalia (2010), Silviana (2013),dan
Widaningsih (2013) yang menemukan hasil bahwa secara parsial EPS memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Hal serupa juga ditemukan
oleh Malhotra (2013) dan Putranto (2014) bahwa earning per share EPS
berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan uraian tersebut
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H3: Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga
saham.
Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba untuk pemegang saham.
ROE dianggap sebagai representasi dari kekayaan pemegang saham atau nilai
perusahaan (Mardiyanto, 2009:196). Nilai ROE semakin tinggi menunjukkan
bahwa kinerja perusahaan tersebut semakin baik dalam mengelola modal yang
tersedia untuk dapat menghasilkan laba. Chrisna (2011) dalam Hutami (2012)
menyatakan bahwa setiap kenaikan nilai ROE maka biasanya harga saham
perusahaan bersangkutan juga akan mengalami kenaikan. Semakin tinggi ROE
berarti semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Teori tersebut didukung
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kusumawardani (2011), Wang et al.
(2013), dan Sari (2014) menyatakan bahwa ROE berpengaruh positif signifikan Ayu Dek Ira Roshita Dewi, Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi …..
2493
terhadap harga saham. Hal ini berarti semakin tinggi nilai ROE maka akan
berdampak pada peningkatan harga saham. Berdasarkan uraian tersebut maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H4: Return On Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga
Saham.
Rasio debt to equiy ratio (DER) digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam melunasi utang dengan modal yang dimiliki (Husnan, 2009:70).
Sudana (2011:153) menyatakan bahwa semakin besar penggunaan utang
dibandingkan dengan modal sendiri mengakibatkan penurunan nilai perusahaan
tersebut. Investor cenderung akan menghindari berinvestasi pada perusahaan
dengan DER yang tinggi karena semakin tinggi penggunaan hutang maka dividen
yang seharusnya dibagikan kepada pemegang saham akan berkurang karena laba
yang diperoleh digunakan untuk membayar utang perusahaan. Hal ini
menyebabkan investor menjadi tidak tertarik untuk berinvestasi pada saham
tersebut sehingga permintaan saham akan menurun dan harga saham juga ikut
menurun. Teori tersebut diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Hatta
(2012), Widaningsih (2013), serta Ratih (2013) menyatakan bahwa DER
berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan uraian tersebut
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H5: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Harga Saham.
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 4, 2016: 2484-2510
2494
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini dilakukan pada perusahaan Indeks LQ-45 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014 yang diakses melalui situs
www.idx.co.id. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif
serta sumber data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.
Variabel dalam penelitian ini diantaranya adalah Harga Saham (dalam
satuan rupiah), Suku Bunga SBI (dalam satuan persen), Inflasi (dalam satuan
persen), Earning Per Share (dalam satuan rupiah), Return On Equity (dalam
satuan persen), dan Debt To Equity Ratio (dalam satuan persen).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang sahamnya
tergabung dalam Indeks LQ-45 di BEI selama periode penelitian 2011-2014.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling.
Kriteria pemilihan sampel penelitian yaitu perusahaan yang aktif tercatat/terdaftar
sebanyak delapan (8) kali secara berturut-turut di Indeks LQ-45 selama periode
penelitian 2011-2014, atau dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Penentuan Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah Sampel
1 Perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ-45 di BEI 45
2 Perusahaan yang tidak terdaftar sebanyak 8 kali
berturut-turut pada periode pengamatan 2011-2014
(22)
Jumlah sampel penelitian 23
Penelitian ini menggunakan teknik Analisis Regresi Linier Berganda.
Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengetahui suku bunga SBI, Inflasi,
dan Fundamental Perusahaan (EPS, ROE, dan DER) terhadap harga saham,
dengan model regresi sebagai berikut:
Ayu Dek Ira Roshita Dewi, Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi …..
2495
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b1X5 + e
Keterangan:
Y = Harga Saham
X1 = Suku Bunga SBI
X2 = Inflasi
X3 = Earning Per Share (EPS)
X4 = Return On Equity (ROE)
X5 = Debt To Equity Ratio (DER)
a = Nilai Konstanta
b1 = Koefisien Regresi Suku Bunga SBI
b2 = Koefisien Regresi Inflasi
b3 = Koefisien Regresi Earning Per Share (EPS)
b4 = Koefisien Regresi Return On Equity (ROE)
b5 = Koefisien Regresi Debt To Equity Ratio (DER)
e = error atau sisa (residual)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2.
Uji Statistik Deskriptif
NO Variabel N Minimum Maksimum Rata-rata Std. Deviasi
1 Suku Bunga SBI 92 5,77 7,53 6,5859 0,63079
2 Inflasi 92 4,28 6,95 5,7567 1,02888
3 EPS 92 28,45 4393,14 788,8712 82,14025
4 ROE 92 5,63 125,81 25,8259 22,06573
5 DER 92 0,15 8,43 2,0310 2,54053
6 Harga Saham 92 660,00 62050,00 11860,71 13003,29364
Sumber: Data diolah, 2015
Dari hasil uji statistik deskriptif pada Tabel 2. diatas, diperoleh informasi
mengenai nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan standar deviasi tiap
variabel penelitian.
Nilai minimum suku bunga SBI sebesar 5,77 persen merupakan nilai pada
tahun 2012, sedangkan nilai maksimum sebesar 7,53 persen terjadi pada tahun
2014. Pada variabel nilai terendah sebesar 4,28 persen adalah nilai Inflasi pada
tahun 2012, sedangkan nilai tertinggi sebesar 6,95 persen merupakan nilai pada
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 4, 2016: 2484-2510
2496
tahun 2013. Variabel Earning Per Share (EPS) memiliki nilai minimum sebesar
28,45 dimiliki oleh Kalbe Farma, Tbk tahun 2012, dan nilai maksimum dimiliki
oleh Astra Internasional, Tbk. dan Indo Tambangraya Megah, Tbk pada tahun
2011. Nilai terendah Return On Equity (ROE) dimiliki oleh Adaro Energi, Tbk
pada tahun 2014, sedangkan nilai tertinggi dimiliki oleh Unilever Indonesia, Tbk
pada tahun 2013. Variabel Debt To Equity Ratio (DER) dengan nilai minimum
sebesar 0,15 persen dimiliki oleh Indocement Tunggal Prakasa, Tbk pada tahun
2014 sedangkan nilai tertinggi dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia, Tbk pada
tahun 2011. Variabel harga saham memiliki rentang nilai Rp 660 hingga Rp
62.050. Nilai terendah dimiliki oleh Indocement Tunggal Prakasa, Tbk pada tahun
2014, sedangkan nilai tertinggi dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia, Tbk pada
tahun 2011.
Tabel 3.
Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 92
Normal Parametersa,,b Mean 0,0664428
Std. Deviation 0,36060569
Most Extreme Differences Absolute 0,073
Positive 0,050
Negative -0,073
Kolmogorov-Smirnov Z 0,703
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,707
Sumber: Data diolah,2015
Pada Tabel 3. terlihat besarnya nilai Kolmogorov- Smirnov adalah 0,703 dan
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,707 dimana Asymp. Sig. (2-tailed) lebih
besar dari tingkat signifikansi (0,05), maka dapat diartikan bahwa model yang
dibuat berdistribusi normal dan dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.
Ayu Dek Ira Roshita Dewi, Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi …..
2497
Tabel 4.
Uji Autokorelasi
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .894(a) .799 .787 .51463 2.089
Sumber: Data diolah, 2015
Tabel 4. menunjukkan nilai Durbin-Watson adalah 2.089. Nilai D-W
menurut tabel dengan n = 92 dan k = 5 diperoleh angka dl = 1.5482 dan du =
1.7767. Nilai du<d<(4-du) (1.5482<2.089<2.2233), maka dapat diartikan tidak
terdapat autokorelasi antar residual sehingga dapat digunakan untuk analisis
selanjutnya.
Tabel 5.
Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 SBI 0,570 1,753
INFLASI 0,569 1,757
LN EPS 0,959 1,043
ROE 0,956 1,047
DER 0,995 1,005
Sumber: Data diolah, 2015
Tabel 5. menunjukkan nilai VIF dan Tolerance yang kurang dari 0,1
ataupun nilai VIF yang lebih tinggi dari 10 maka dapat diartikan bahwa tidak
ditemukan adanya gejala multikolinearitas.
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 4, 2016: 2484-2510
2498
-4 -3 -2 -1 0 1 2
Regression Studentized Residual
4
2
0
-2
-4
Regression Standardized Predicted
Value
Dependent Variable: Harga Saham
Scatterplot
Gambar 1. Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 1. menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik scatterplot menyebar
secara acak (random) maka dapat diartikan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi.
Tabel 6.
Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Model Koefisien Regresi (β) T Sig.
(Constant) 3.045 4.731 0.000
SBI 0.019 0.167 0.868
INFLASI 0.047 0.670 0.504
LN EPS 0.851 17.214 0.000
ROE 0.008 3.282 0.001
DER -0.022 -1.048 0.298
R = 0.894
R Square = 0.799
Adjusted R Square = 0.787
F Hitung = 68.216
Signifikansi F = 0.000
Sumber: Data diolah, 2015
Hasil analisis pada Tabel 6. dapat dinyatakan dalam persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut:
Ayu Dek Ira Roshita Dewi, Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi …..
2499
Y= 3,045 + 0,019 X1 + 0,047 X2 + 0,851 X3 + 0,008 X4 – 0,022 X5
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi
adjusted R square model 0,787 atau sebesar 78,7 persen artinya sebesar 78,7
persen variasi atau perubahan harga saham dapat dijelaskan oleh variasi variabel
dalam model tersebut yaitu suku bunga SBI, inflasi, EPS, ROE, dan DER. Sisanya
sebesar 21,3 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi yang
digunakan.
Tabel 6 menunjukan hasil uji statistik F bahwa dalam hasil regresi linier
berganda diperoleh nilai siginifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat α =
0,05 yang artinya variabel suku bunga SBI, inflasi, EPS, ROE, dan DER memiliki
pengaruh signifikan terhadap harga saham atau dapat diartikan bahwa model yang
digunakan dalam penelitian ini layak.
Pengujian hipotesis pertama yaitu pengaruh suku bunga SBI terhadap harga
saham memperoleh koefisien regresi sebesar 0,019 dan signifikansi sebesar 0,868
lebih besar daripada taraf nyata 0,05 yang menunjukan bahwa variabel suku
bunga SBI secara statistik berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham
pada perusahaan indeks LQ-45 maka hipotesis ditolak. Nilai koefisien regresi
suku bunga SBI adalah sebesar 0,019 menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1
persen suku bunga SBI akan menaikkan harga saham sebesar 0,019 persen.
Menurut teori analisis fundamental dikatakan bahwa peningkatan suku
bunga SBI diikuti dengan peningkatan suku bunga simpanan akan menyebabkan
investor cenderung mengalihkan dananya dalam bentuk simpanan deposito
dengan pendapatan/return yang lebih tinggi dan tingkat risiko yang lebih rendah E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 4, 2016: 2484-2510
2500
daripada berinvestasi pada saham (Tandelilin, 2010:343). Peningkatan suku bunga
SBI akan menyebabkan investor enggan untuk berinvestasi pada saham sehingga
permintaan saham akan berkurang dan mengakibatkan penurunan harga saham.
Hasil penelitian ini berlawanan dengan teori analisis fundamental serta tidak
sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Permana (2009), Kewal (2012),
Yogaswari (2012) dan Aurora (2013) menyatakan bahwa tingkat bunga SBI
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Suku bunga SBI
berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham dapat disebabkan karena rata-
rata tingkat suku bunga SBI sebesar 6,5% selama periode penelitian 2011-2014
masih dianggap tidak lebih menguntungkan dibandingkan dengan berinvestasi
pada saham. Investor masih menganggap bahwa investasi pada saham masih dapat
menghasilkan return yang lebih tinggi daripada deposito sehingga suku bunga
SBI tidak terlalu diperhatikan oleh investor. Peningkatan suku bunga SBI tidak
terlalu mempengaruhi permintaan saham pada Indeks LQ-45 sehingga tidak pula
terlalu mempengaruhi harga saham.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Amperaningrum (2011), dan Kewal (2012) yang menemukan hasil bahwa suku
bunga SBI berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham.
Pengujian hipotesis kedua yaitu pengaruh Inflasi terhadap harga saham
memperoleh koefisien regresi sebesar 0,047 dan tingkat signifikansi sebesar 0,504
lebih besar daripada taraf nyata 0,05 yang menunjukan bahwa variabel inflasi
secara statistik berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham pada
perusahaan indeks LQ-45 atau hipotesis ditolak. Nilai koefisien regresi inflasi Ayu Dek Ira Roshita Dewi, Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi …..
2501
adalah sebesar 0,047 menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 persen tingkat inflasi
akan menaikkan harga saham sebesar 0,047 persen.
Teori analisis fundamental menyatakan bahwa peningkatan inflasi secara
relatif merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal karena akan
meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan (Tandelilin, 2010:343). Biaya
produksi perusahaan juga ikut meningkat dan akan membuat investor berpikir dua
kali untuk berinvestasi saham sehingga berdampak pada penurunan daya beli
investor akan saham. Penurunan daya beli tersebut menyebabkan permintaan
saham menurun sehingga cenderung terjadi penurunan harga saham.
Hasil penelitian ini berlawanan dengan teori analisis fundamental serta
berlawanan arah dengan penelitian sebelumnya oleh Aurora (2013), Yogaswari
(2012) dan Sihaloho (2013) menyatakan bahwa tingkat inflasi berpengaruh negatif
signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini bisa disebabkan karena
inflasi yang terjadi selama periode penelitian tidak begitu tinggi. Pada hasil
statistik deskriptif dinyatakan bahwa nilai rata-rata inflasi selama periode
penelitian 2011-2014 adalah sebesar 5,75 pesen. Menurut Kewal (2012) pasar
masih bisa menerima jika tingkat inflasi masih dibawah 10 persen, tetapi apabila
tingkat inflasi diatas 10 persen maka pasar modal juga akan terganggu.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Aurora
dan Riyadi (2013), Nugroho (2008), Meinina (2009), Tobing (2009) bahwa inflasi
berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham.
Pengujian hipotesis ketiga yaitu pengaruh Earning Per Share (EPS)
terhadap harga saham memperoleh koefisien regresi sebesar 0,851 dan E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 4, 2016: 2484-2510
2502
signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil daripada taraf nyata 0,05 yang menunjukkan
bahwa EPS secara signifikan berpengaruh positif terhadap harga saham. Ini berarti
setiap peningkatan EPS akan mengakibatkan peningkatan harga saham.
Hasil penelitian ini sesuai dan mendukung teori analisis rasio keuangan,
dimana dinyatakan bahwa EPS adalah bentuk pemberian keuntungan yang
diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki
(Fahmi, 2012:97). Semakin tinggi tingkat laba per lembar lembar saham yang
dapat diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik dan
akan menarik minat investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi
sehingga berdampak pada peningkatan harga saham perusahaan (Weston dan
Brigham, 2001).
Hasil penelitian ini diperkuat oleh beberapa penelitian terdahulu oleh
Pasaribu (2008), Amalia (2010), Silviana (2013), Widaningsih (2013), Malhotra
(2013) dan Putranto (2014) menunjukkan hasil bahwa secara parsial earning per
share (EPS) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
Pengujian hipotesis keempat yaitu pengaruh Return On Equity (ROE)
terhadap harga saham memperoleh koefisien regresi sebesar 0,008 dan
signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil daripada taraf nyata 0,05 yang menunjukkan
bahwa ROE secara signifikan berpengaruh positif terhadap harga saham, maka
hipotesis diterima. Ini berarti setiap peningkatan ROE sebesar satu persen akan
mengakibatkan peningkatan harga saham sebesar 0,008 persen.
Hasil penelitian ini sesuai dan mendukung teori analisis rasio keuangan,
dimana secara teori dinyatakan bahwa ROE dianggap sebagai representative Ayu Dek Ira Roshita Dewi, Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi …..
2503
kekayaan pemegang saham atau representasi dari nilai perusahaan (Mardiyanto,
2009:196). Nilai ROE yang semakin tinggi berarti bahwa penggunaan modal
sendiri oleh perusahaan semakin efisien untuk dapat menghasilkan keuntungan
bagi pemegang saham. Investor akan tertarik untuk berinvestasi pada saham yang
memiliki tingkat ROE tinggi sehingga permintaan investor akan saham tersebut
juga meningkat dan nantinya akan berdampak pula pada peningkatan harga
saham.
Berkaitan dengan penelitian yang sebelumnya, hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kusumawardani (2011), Wang et al.
(2013), dan Sari (2014) menyatakan bahwa return on equity (ROE) berpengaruh
positif signifikan terhadap harga saham.
Pengujian hipotesis kelima yaitu pengaruh debt to equity ratio (DER)
terhadap harga saham memperoleh koefisien regresi sebesar -0,022 dan
signifikansi sebesar 0,298 lebih besar daripada taraf nyata 0,05 yang menunjukkan
bahwa DER memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham, maka
hipotesis ditolak. Ini berarti setiap peningkatan DER akan mengakibatkan
penurunan harga saham.
Menurut teori analisis rasio keuangan dinyatakan bahwa semakin tinggi
DER maka semakin tinggi pula proporsi penggunaan utang oleh perusahaan
sehingga risiko perusahaan untuk tidak mampu membayar hutang semakin tinggi
sehingga minat investor berinvestasi saham berkurang dan harga saham menjadi
turun (Hatta dan Dwiyanto, 2012). DER yang tinggi menunjukkan tingginya
ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar, sehingga beban E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 4, 2016: 2484-2510
2504
perusahaan juga semakin berat. Jika beban utang perusahaan tinggi atau melebihi
modal sendiri yang dimiliki, maka harga saham perusahaan akan menurun
(Amanda et al, 2012).
DER berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham dapat disebabkan
investor lebih mementingkan tingkat dividen yang tinggi dan tidak terlalu
memperhatikan tingkat hutang perusahaan. Nilai DER biasanya lebih diperhatikan
oleh kreditor. Kreditor lebih menyukai rasio hutang yang rendah karena makin
rendah rasio hutang maka makin besar perlindungan terhadap kerugian kreditor
jika terjadi likuidasi. (Brigham, 2010: 143). Hasil penelitian ini dapat diartikan
bahwa naik turunnya tingkat DER tidak terlalu mempengaruhi tingkat permintaan
saham pada indeks LQ-45 sehingga tidak pula mempengaruhi harga saham.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Safitri (2013), Astutik et al. (2014), dan Widaningsih (2012) yang
menyatakan bahwa DER berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pada hasil analisis data dan pembahasan yang telah dipaparkan
pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Suku
bunga SBI berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. Hal ini berarti
bahwa investor tidak terlalu memperhatikan tingkat suku bunga SBI dalam
melakukan investasi saham dan masih menganggap bahwa investasi saham masih
lebih menguntungkan daripada deposito. 2) Inflasi berpengaruh tidak signifikan
terhadap harga saham. Investor tidak terlalu memperhatikan tingkat inflasi dalam
melakukan investasi saham karena tingkat inflasi selama periode 2011-2014 tidak Ayu Dek Ira Roshita Dewi, Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi …..
2505
terlalu tinggi dan masih dapat diterima. 3) Earning Per Share (EPS) secara
signifikan berpengaruh positif terhadap harga saham. Peningkatan EPS akan
berdampak pada peningkatan harga saham. 4) Return On Equity (ROE) secara
signifikan berpengaruh positif terhadap harga saham. Ini berarti peningkatan ROE
akan berdampak pada peningkatan harga saham. 5) Debt To Equity Ratio (DER)
berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. Investor lebih mementingkan
tingkat dividen yang tinggi dan tidak terlalu memperhatikan tingkat penggunaan
hutang perusahaan sehingga DER tidak terlalu mempengaruhi harga saham. 6)
Nilai koefisien determinasi menunjukan bahwa sebesar 78,6 persen variasi atau
perubahan harga saham dapat dijelaskan oleh variasi variabel dalam model yaitu
suku bunga SBI, inflasi, EPS, ROE, dan DER. Sisanya sebesar 21,4 % dijelaskan
oleh variabel lain diluar model regresi yang digunakan.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan simpulan diatas, maka saran
yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1) Penelitian selanjutnya disarankan
agar menggunakan variabel lainnya yang dapat mempengaruhi harga saham yang
tidak dijelaskan dalam penelitian ini. 2) Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar
tidak hanya terbatas pada perusahaan dalam indeks LQ-45 saja tetapi juga pada
indeks lainnya yang ada di BEI serta saham dari berbagai macam industri lainnya
yang ada di BEI. 3) Investor yang akan berinvestasi saham dapat
mempertimbangkan variabel EPS dan ROE karena berdasarkan hasil penelitian ini
diperoleh hasil bahwa EPS dan ROE berpengaruh signifikan terhadap harga
saham. 4) Pihak perusahaan sebaiknya terus meningkatkan kinerja perusahaan
melalui peningkatan nilai EPS dan ROE untuk menarik minat investor. Namun E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 4, 2016: 2484-2510
2506
perusahaan juga diharapkan dapat menjaga rasio DER dengan baik karena DER
menunjukkan risiko finansial perusahaan yang akan mempengaruhi minat investor
dalam keputusan investasinya. Perusahaan juga diharapkan tetap memperhatikan
variabel makro ekonomi yaitu suku SBI dan inflasi karena ketika suku bunga SBI
dan inflasi mengalami perubahan yang cukup drastis maka akan mempengaruhi
pasar modal itu sendiri.
REFERENSI
Alam, Md. Mahmudul. 2009. Relationship Between Interest Rate and Stock
Price: Empirical Evidence from Developed and Developing Countries.
International Journal of Business and Management. Vol. 4 No. 3. pp 43– 51
Amalia, H.S. 2010. Analisis Pengaruh Earning Per Share, Return On Investment,
dan Debt To Equity Ratio Terhadap Harga Saham Perusahaan Farmasi di
Bursa Efek Indonesia. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Banjarmasin
Amanda, Astrid, Darminto dan A. Husaini. 2012. Pengaruh Debt to Equity Ratio,
Return On Equity, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio Terhadap
Harga Saham. Jurnal Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
Amin, Muhammad, Zuhdi. 2013. Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI,
Nilai Kurs Dollar (USD/IDR) dan Indeks Dow Jones (DIJA) Terhadap
Pergerakan IHSG di BEI Periode 2008-2011. Jurnal Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya
Amperaningrum. I, dan Robby S.A. 2011. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI,
Nilai Tukar Mata Uang, dan Tingkat Inflasi Terhadap Perubahan Harga
Saham Sub Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Proceeding PESAT
(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur, dan Sipil) Universitas Gunadarma-
Depok. Vol.4. pp 160-164
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarta. 2009. Pengantar Pasar Modal. Yogyakarta: PT.
Rineka Cipta.
Astutik, E. Dwi, Surachman, dan A. Djazuli. 2014. The Effect of Fundamental
and Technical Variables on Stock Price (Study on Manufacturing
Companies Listed in Indonesia Stock Exchange). Journal of Economics,
Business, and Accountancy Ventura Vol. 17. pp:345 – 352
Ayu Dek Ira Roshita Dewi, Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi …..
2507
Aurora, Tona dan Agus Riyadi. 2013. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Kurs
Terhadap Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Tahun
2007-2011. Jurnal Dinamika Manajemen.Vol.1 No.3. Hal 183-197
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2012. Pasar Modal Di Indonesia
Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Investasi: Teori dan Soal Jawab. Penerbit
Salemba Empat
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariative dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Haque,S. and M. Faruqee. 2013. Impact of Fundamental Factors on Stock Price: A
Case Base Approach on Pharmaceutica Companies Listed with Dhaka Stock
Exchange. International Journal of Business and Management Invention,
Vol. 2 Issue 9. pp 34-41
Hatta, Atika Jauharia and Bambang Sugeng Dwiyanto. 2012. The Company
Fundamental Factors and Systematic Risk in Increasing Stock Price.
Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura, 15 (2), pp: 245-
256.
Husnan, Suad. 2009. Dasar-dasar Teori Portofolio & Analisis Sekuritas. Edisi
Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Hutami, Rescyana Putri. 2012. Pengaruh Dividend Per Share, Return On Equity
dan Net profit Margin Tergadap Harga Saham Perusahaan Industri
Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010.
Jurnal Nominal, 1 (1), pp: 104-123.
Kewal, Suramaya S. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan
PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Palembang, Indonesia. pp 53-64
Kusumawardani, A. 2011. Analisis Pengaruh EPS, PER, ROE, FL, DER, CR,
ROA Pada Harga Saham dan Dampaknya Terhadap Kinerja Perusahaan
LQ45 yang Terdaftar di BEI Periode 2005-2009. Faculty of Economics
Gunadarma University
Liauw, J.S dan Trisnadi W. 2012. Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat
Suku Bunga SBI, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. STIE MDP. pp 1-8
Malhotra,Nidhi. 2013. Determinants of Stock Prices: Empirical Evidence from
NSE 100 Companies. International Journal of Research in Management &
Technology (IJRMT) ISSN: 2249-9563. Vol. 3 No. 3, pp 86-95
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 4, 2016: 2484-2510
2508
Mardiyanto, Handoyo. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta: PT
Grasindo.
Mousa,S. Nori, Waleed A.S, Abdul B.H, Marwan M.A. 2012. The Relationship
Between Inflation and Stock Price (A Case of Jordan). IJRRAS. Vol. 10
Issues 1. pp 46-52
Nata Wirawan, I Gusti Putu. 2002. Cara Mudah Memahami Statistik 2 (Statistik
Inferensia) untuk ekonomi dan bisnis, Denpasar : edisi kedua, Keraras Emas.
Novianto, Aditya. 2011. Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dollar
Amerika/Rupiah, Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Jumlah Uang
Beredar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.
Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro,
Semarang
Nugraha, Wahyu. 2014. Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar, Indeks Dow, dan
Indeks NIKKEI 225 Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di
BEI. Skripsi Sarjana Jurusan Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana, Denpasar.
M. G. P. D, Menike dan U. S. Prabath. April 8, 2014. The Impact of Accounting
Variables on Stock Price: Evidence from the Colombo Stock Exchange, Sri
Lanka. International Journal of Business and Management, 9 (5).
Nurmalasari, Indah. 2009. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga
Saham Emiten LQ45 yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 –
2008. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, pp: 1-9.
Octavia, Sri M. 2010. Pengaruh Tingkat Bunga SBI, Nilai Tukar dan Jumlah
Uang Beredar Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Property dan Real
Estate Dengan Pendekatan Error Correction Model. Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang
Pasaribu, R.B. Fernando. 2008. The Influence of Corporate Fundamentals to its
Stock Price, Studi Kasus Bursa Efek Indonesia. Journal of Economics and
Business, Vol. 2 No. 2. pp 101-113
Pradipta, Gilang, 2012, The Influence of Financial Ratio towards Stock Price,
2012 - Empirical Study on Listed Companies in Indonesia Stock Exchange
of LQ45 in 2009-2011), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya
Purnamawati, I G.A. 2015. The Influence of Corporate Characteristic and
Fundamental Macro-economy Factor of Automotive Company Stock Price
on Indonesia Stock Exchange. International Journal of Business,
Economics and Law, Vol. 6, Issue 1 (Apr.) ISSN 2289-1552
Ayu Dek Ira Roshita Dewi, Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi …..
2509
Putra, G.Sanjaya Adi dan P. Dyan Yaniartha. 2014. Pengaruh Leverage, Inflasi,
dan PDB pada Harga Saham Perusahaan Asuransi. ISSN : 2302 – 8556 E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 9.2 (2014). pp 449-464
Putranto, Lucky. 2014. The Effect of Net Profit Margin (NPM), Return On Assets
(ROA), and Earning Per Share (EPS) on Stock Prices on Real Estate and
Property Companies Listed on IDX period 2011-2014. Journal Presented in
Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Bachelor of
Economics and Business.
Ratih, Dorothea, Apriatni E.P, dan Saryadi. 2013. Pengaruh EPS, PER, DER,
ROE Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2012. Diponegoro
Journal of Social and Politic. pp 1-12
Safitri, Lail Riya.2013. Pengaruh Variabel-variabel Fundamental dan Teknikal
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Safitri, I.R and Suresh K. 2014. The Impact of Interest Rates, Inflation, Exchange
Rates, and GDP on Stock Price Index of Plantation Sector: Empirical
Analysis on BEI in The Year Of 2008-2012. International Conference on
Treds in Multidisiplinary Business and Economics Research Bangkok-
Thailand. 27-28
Sari, Puspita. 2014.Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin, Return On Assets,
Debt to Equity Ratio, Total Asset Turn Over, dan Earning Per Share
Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Barang Industri yang Go
Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013). Universitas Maritim
Raja Ali Haji-Tanjung Pinang
Sari, Yuni,Kemala. 2012. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank
Indonesia, Indeks Saham Hang Seng, Kurs Dolar AS, dan Indeks Saham
Dow Jones Industrial Average Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di
Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010
Sihaloho, Lira. 2013. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Book Value (BV)
Terhadap Harga Saham Perusahaan Indeks LQ45 yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada Tahun 2008-2011. Skripsi Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
Silviana, and Rocky. 2013. Analysis of Return On Assets and Earnings Per Share
on The Stock Market In The Banking Companies In Bursa Efek Indonesia
(Indonesia Securities Exchange). 3
rd International Conference on
Management. pp 291-298